Bahaya Mental "Gratisan" dan Pemburu Diskon di Level Quantum
Bahaya Mental "Gratisan" dan Pemburu Diskon di Level Quantum
Bapak Ibu dan Teman Teman Yang Lapang Hatinya Lapang Rezekinya
Di era digital, mentalitas mencari "gratisan" dan memburu diskon telah menjadi fenomena yang lazim. Meskipun sekilas tampak menguntungkan, mentalitas ini menyimpan bahaya tersembunyi, terutama jika dilihat dari perspektif energi dan hukum alam semesta (quantum). Ketika seseorang terus-menerus memfokuskan energinya untuk mendapatkan sesuatu secara gratis atau dengan harga serendah-rendahnya, ia tanpa sadar mengirimkan frekuensi kekurangan dan keterbatasan ke alam semesta.
1. Memancarkan Frekuensi Kekurangan
Hukum tarik-menarik (The Law of Attraction) menyatakan bahwa apa yang kita fokuskan akan menarik hal serupa. Saat seseorang berfokus pada "bagaimana cara mendapatkan ini secara gratis?" atau "diskon terbesar ada di mana?", ia secara tidak langsung menyatakan kepada alam semesta bahwa ia tidak mampu atau tidak layak untuk membayar harga yang sebenarnya. Pikiran ini memancarkan frekuensi kekurangan. Akibatnya, alam semesta merespons dengan memberikan lebih banyak situasi kekurangan, yang pada akhirnya membatasi aliran kelimpahan dan rezeki.
2. Menghargai Benda, Bukan Nilai
Mentalitas pemburu diskon sering kali membuat seseorang membeli barang bukan karena membutuhkan atau menghargai nilainya, melainkan karena harganya yang murah. Pembelian impulsif ini tidak didasarkan pada kesadaran penuh, melainkan pada ketakutan kehilangan kesempatan (Fear of Missing Out/FOMO). Akibatnya, barang-barang tersebut sering kali menjadi tumpukan yang tidak terpakai, menciptakan energi stagnan di lingkungan. Di level quantum, tindakan ini adalah bentuk tidak menghargai energi dari pencipta produk dan energi dari uang itu sendiri, yang pada akhirnya akan menghambat aliran kekayaan yang lebih besar.
3. Mengurangi Kualitas dan Energi Diri
Seseorang dengan mentalitas "gratisan" sering kali menganggap remeh pengetahuan atau layanan yang didapatkan tanpa biaya. Mereka tidak menginvestasikan energi, waktu, dan uang untuk belajar atau mendapatkan sesuatu yang berkualitas. Di sisi lain, seseorang yang berani berinvestasi pada dirinya sendiri—misalnya dengan membayar kelas, seminar, atau produk berkualitas—mengirimkan sinyal kuat kepada alam semesta bahwa ia menghargai pertumbuhan dan kemajuan diri. Investasi ini memancarkan frekuensi kelimpahan dan kesiapan untuk menerima hal-hal yang lebih besar.
4. Menghambat Pertumbuhan Finansial Jangka Panjang
Paradoks dari mentalitas ini adalah, meskipun tujuannya adalah untuk "menghemat uang", pada kenyataannya mentalitas ini justru menghambat pertumbuhan finansial. Ketika seseorang selalu mencari cara termurah, ia tidak pernah belajar bagaimana cara menghasilkan uang yang lebih banyak. Fokusnya tetap pada penghematan, bukan pada peningkatan kapasitas diri untuk menghasilkan. Di level quantum, ini adalah siklus yang mengunci seseorang dalam level pendapatan yang sama atau bahkan lebih rendah, karena ia tidak pernah "mengembangkan wadahnya" untuk menampung rezeki yang lebih besar.
Kesimpulan
Mentalitas "gratisan" dan pemburu diskon bukanlah tentang pintar berhemat, melainkan tentang "energi" yang dipancarkan. Fokus yang berlebihan pada hal-hal gratis dan murah menciptakan frekuensi kekurangan yang pada akhirnya membatasi aliran rezeki. Untuk benar-benar mencapai kelimpahan, kita perlu mengubah pola pikir dari "bagaimana cara mendapatkan ini dengan murah?" menjadi "bagaimana cara meningkatkan nilai diri sehingga saya layak mendapatkan yang terbaik?". Dengan berani berinvestasi pada diri sendiri dan menghargai nilai, bukan hanya harga, kita membuka pintu bagi aliran energi positif dan kelimpahan di level quantum.
Semoga membantu dan bermanfaat
Salam hangat penuh cinta kasih
Jotrii
NB :
Konsultasi dan Bimbingan Bahkan Partner Bisnis WA 08113 888 6999
Komentar
Posting Komentar
Tinggakan Pesan, Kritik dan saran ya..