Catatan Energi Jotrii

Pada awalnya, tujuan saya Ngeblog hanya untuk menyimpan data,catatan harian, tugas kuliah dan file file lain yang bisa saya ambil di manapun , kapanpun karena saat itu saya belum punya Laptop. Komputer Kantor dan Warnet jadi Andalan saya untuk kerja.

Sekarang, dari Hobi Ngeblogger ini saya bisa dapat penghasilan tambahan. Alhamdulillah.

Kalo Tulisan Tulisan saya ada yang bermanfaat boleh dipraktikan, dibagikan. Kalo nggak ada skip aja. Simple.

Kritik dan saran Hubungi nomor WA 081138886999

Jumat, 05 April 2024

MELEPAS KEMELEKATAN

MELEPAS KEMELEKATAN

ِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ 
اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد 
Bapak Ibu dan Teman Teman Yang Lapang Hati Lapang Rezeki, 
Sumber masalah terbesar dalam membangun kemakmuran adalah kemelekatan pada uang (dunia). Dalam agama di sebutkan terlalu cinta pada dunia (hubbud dunya).

Di saat pegang uang, pinginnya di genggam terus. Pantang untuk membelanjakan atau mengalirkan hartanya. Yang pada akhirnya terobsesi untuk berhemat dan berpikir untuk memilikinya dengan bertindak menabung. Padahal Tidak Begitu Konsep Berkelimpahan di Level Energi dan Quantum.

Ingat, artikel sebelumnya "menikmati vs memiliki". Kita semua tidak bisa memiliki, namun hanya bisa menikmati. Faktanya saat kita nanti mati, ya tidak bisa kita bawa mati. Sayang sekali jika kita tidak bisa menikmati, di masa hidup kita.Inilah salah satu hakikat rezeki, apalagi rezeki uang atau harta.

Mengalirkan harta adalah salah satu cara atau strategi kita agar kita tidak fokus ke pemikiran boros berbelanja. Jadi ketika membeli sesuatu, baik jasa atau barang, niatkan saja untuk mengalirkan harta, sehingga pemikiran akan menjadi lebih enteng. Lebih enteng lagi jika kita semua memiliki pemikiran untuk berlomba-lomba "menjadi tangan kanan Tuhan" dalam menyalurkan rezeki ke orang lain. Memiliki pemikiran menjadi wakil Tuhan (Kholifah) pasti akan jauh lebih menyenangkan.

"Semua amalan tergantung dari niatnya".

Itulah sebabnya prinsip-prinsip Ilmu Menjadi Kaya adalah melebihkan pembayaran. Jika kita di posisi penjual, kita melebihkan timbangan atau takaran atau tambahan jam waktu kerja kalau kita seorang pegawai. Yang seringkali kita sebut dengan "loyalitas".

Batu sandungan berikutnya adalah, banyak orang masih mengkhawatirkan uangnya hilang, padahal uangnya itu hanyalah titipan dari Tuhan untuk di nikmati. Kalau memang ketemu pencuri, ya memang rezekinya si pencuri.

Banyak orang mengkhawatirkan uang hanya Rp. 100.000 akan hilang, di tipu, karena tidak amanah atau sebab yang lainnya. Jika di pinjam orang, nagihnya ngotot pagi siang sore sampai malam. Itu juga pertanda kemelekatan akan uang (uang receh) masih sangat kuat. Padahal kalo itu dilepaskan, ikhlas, rezeki lain masuk lebih banyak.

Saya sudah banyak ketemu orang-orang biasa dan orang-orang luar biasa. Ketika ketemu sama orang luar biasa, sedekah mereka juga luar biasa. Memasukkan uang ke kotak amal saja bisa sampai ratusan juta, padahal gajinya cuma Rp. 15 juta. Saat kita pinjam uang ke mereka, misalkan kita pinjam uang Rp. 15 juta, di kasihnya malah Rp. 20 juta. "Balikinnya terserah kapan saja", katanya. Orang-orang hebat luar biasa, tidak terlalu melekat ke uang (dunia).

Jadi fakta dari mereka orang-orang hebat yang luar biasa, mereka tidak terlalu melekat ke uang (dunia). Coba kita lihat orang-orang super kaya di dunia barat sana, mereka kalau berderma trilyunan, bukan ratusan ribu lagi.

Jadi mari kita belajar ikhlas lagi, toh kita sudah terinstal dengan ilmu agama dengan baik, bahwa setiap uang yang kita keluarkan (kita belanjakan), pasti di ganti sama Tuhan. Ini doa dari malaikat lho, setiap hari.

Dan cara untuk melepas kemelekatan yang lebih extrim adalah berderma, berbagi atau sedekah. Karena di saat kita berderma, kita sudah tidak memiliki pemikiran uangnya kembali atau terkonversi menjadi sesuatu.

Di saat kita membeli (berinfak), kita masih berharap ada pertukaran barang atau jasa yang setara. Misalkan kita mengeluarkan uang Rp. 15.000 dan kita tukar dengan beras 1 liter beras. Ini namanya dagang.

Namun jika seseorang berderma Rp. 15.000 masih berharap dapat uang Rp.15.000 x 700, (700x lipat), itu namanya juga dagang, bukan berderma.

Jadi pastikan dalam kegiatan berderma, tempatkan posisi seikhlas mungkin. Ibarat tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu. Berikan terus lupakan. Ikhlas itu sama halnya surat Al Ikhlas yang tidak ada kata-kata ikhlas lagi. Tindakan ini akan sangat power full. Ingat beda niat beda hasil.

"Tindakan memberi dengan dalih agar uangnya kembali berlipat ganda, tidak akan manjur". (Rhonda Byrne).

Jadi penyebab sedekah tidak menghasilkan reaksi adalah karena kurang ikhlas. Rumus ini berlaku jika kita dalam transaksi jual beli. Kalau kurang ikhlas bisa jadi dapat barangnya busuk, asem atau cacat yang lainnya. Kurang ikhlas berarti mereka masih melekat kepada uang itu sendiri. Jadi kemelekatan adalah sumber penyakit (hati), jika seseorang ingin membangun keberlimpahan.

Dalam berdoa, dalam ber afirmasi, jika kita masih di level dasar (syareat), misalkan memiliki niat agar di lipat gandakan 700x, itu hanya akan menimbulkan perasaan kekurangan. Dan itu sebentar doa negatif itulah doa mereka. Maka saya menyimpulkan,

"Kemiskinan itu berasal dari doa miskin"

Jadi sedekah itu sarana kita untuk melatih melepaskan kemelekatan pada dunia.

Jadi berdoalah dengan puji-pujian seolah-olah Anda sudah banyak uang. Paham ? Siap ? Sepakat ?

Semoga Bermanfaat
Butuh Konsultasi / Bimbingan Program Ulang Pikiran Bawah Sadar (MQSO : Mekanisme Quantum Sukses Otomatis) , Youtube Cuan , 40 Riyadhoh Lunas Amanah ( Hutang Piutang Riba) , Mentoring Bisnis 25 Minggu, Sedekah Yatim Piatu & Pengembangan Rumah Tahfiz, Partner WA 08113 888 6999 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggakan Pesan, Kritik dan saran ya..