Catatan Energi Jotrii

Pada awalnya, tujuan saya Ngeblog hanya untuk menyimpan data,catatan harian, tugas kuliah dan file file lain yang bisa saya ambil di manapun , kapanpun karena saat itu saya belum punya Laptop. Komputer Kantor dan Warnet jadi Andalan saya untuk kerja.

Sekarang, dari Hobi Ngeblogger ini saya bisa dapat penghasilan tambahan. Alhamdulillah.

Kalo Tulisan Tulisan saya ada yang bermanfaat boleh dipraktikan, dibagikan. Kalo nggak ada skip aja. Simple.

Kritik dan saran Hubungi nomor WA 081138886999

Minggu, 27 November 2022

Pengetian Fobia, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Pengertian Fobia


Fobia adalah perasaan takut berlebihan yang dirasakan seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Ketakutan berlebihan ini tidak jarang menyebabkan depresi, kecemasan, dan kepanikan yang parah. 

Kebanyakan pengidap fobia tahu bahwa ketakutannya tidak beralasan, tapi tidak bisa mengendalikannya dan lebih memilih menghindari objek atau situasi yang ditakuti. Kondisi inilah yang membedakan fobia dengan ketakutan biasa.

Banyak di antara kamu memiliki rasa takut akan suatu objek atau situasi. Namun, kamu bisa dikategorikan mengalami fobia ketika:

Ketakutan yang dirasakan tidak sebanding dengan situasi bahaya yang bisa terjadi akibat situasi atau objek tertentu.


Berlangsung lebih dari 6 bulan.


Ketakutan yang dialami berdampak langsung pada kondisi kesehatan mental dan aktivitas sehari-hari.


Fobia terdiri dari berbagai macam jenis. Berikut adalah jenis fobia yang dikelompokan berdasarkan jenis ketakutannya.

1. Fobia Spesifik

Fobia spesifik merupakan fobia yang umumnya berkembang sejak pengidapnya kecil atau remaja. Misalnya takut terhadap hewan (laba-laba atau ular), takut tertular penyakit seksual (fobia seksualitas), takut jarum suntik (fobia fisik), takut terhadap lingkungan (ketinggian), atau fobia situasi (takut berkunjung ke dokter). Berikut beberapa jenis fobia spesifik yang perlu diketahui:

Aerophobia atau aviophobia, merupakan fobia terbang.


Acrophobia, fobia terhadap ketinggian. Pengidap biasanya menghindari wilayah tinggi seperti gunung, jembatan, dan gedung tinggi. Gejalanya berupa vertigo, pusing, berkeringat, dan penurunan kesadaran.


Anuptaphobia, fobia ini membuat pengidapnya takut terhadap dengan kesendirian (tidak bisa hidup sendiri) atau tak memiliki pasangan hidup.


Ablutophobia, fobia mandi. Fobia ini membuat seseorang takut ketika harus mencuci muka, membersihkan tubuh, atau mandi.


Astraphobia. Banyak orang takut petir atau kilat, tapi pada kasus fobia, pengidapnya akan mengalami serangan panik yang ditandai dengan berkeringat, nyeri dada, mual, mati rasa, jantung berdebar, dan sulit bernapas.


Latrophobia. Jenis fobia yang menimbulkan ketakutan irasional dan membuat seseorang menghindari untuk pergi ke dokter.


Ombrophobia. Ketakutan berlebih pada petir dan kehujanan. Pengidap fobia jenis ini biasanya menganggap hujan atau mendung gelap sebagai sesuatu berbahaya yang bisa mendatangkan bencana.


Pagophobia. Rasa takut akan es atau benda yang dingin dan beku.


Pogonophobia. Rasa takut berlebihan pada jenggot.


Nomophobia. Rasa takut berlebih saat berada jauh atau tidak menggunakan gadget.


Trypophobia. Fobia terhadap lubang yang saling berdekatan.


2. Fobia Kompleks

Fobia kompleks memiliki dampak yang lebih mengganggu dibandingkan dengan fobia spesifik. Kondisi ini biasanya berkembang saat seseorang memasuki usia dewasa. Ada dua jenis fobia kompleks yang paling umum terjadi, yaitu:

Fobia Sosial


Pengidap akan merasa takut dalam situasi sosial. Hal ini membuat kamu menghindari berbagai situasi sosial yang terjadi di sekitar kamu. Kamu bisa mengalami kekhawatiran yang berlebih mengenai situasi sosial yang sedang terjadi. 

Fobia sosial kerap membuat pengidapnya kesulitan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, seperti berbicara dalam kelompok, bertemu dengan orang baru, jalan-jalan ke tempat ramai, hingga makan dan minum di depan banyak orang.

Kondisi ini juga dapat memengaruhi rasa percaya diri seseorang, membuat kamu sulit berkembang, hingga menghambat kemampuan untuk bekerja.

Agoraphobia


Banyak yang berpikir bahwa agoraphobia hanyalah fobia terhadap tempat yang terbuka. Padahal kondisinya lebih rumit dari itu. Pengidap agoraphobia akan merasa cemas berlebihan ketika berada di tempat umum, ruangan tertutup, keramaian, atau situasi yang menyebabkan pengidap merasa kesulitan mendapat pertolongan.

Fobia ini menyebabkan gangguan pada hidup pengidapnya, seperti menurunkan kualitas hidup pengidapnya. Banyak pengidap agoraphobia sulit untuk meninggalkan tempat tinggalnya.

 

Faktor Risiko Fobia

Ada beragam faktor risiko yang bisa menyebabkan fobia pada diri seseorang, misalnya:

Riwayat keluarga atau faktor genetik.


Cedera psikologis atau peristiwa traumatis.


Karakteristik diri, seseorang kemungkinan mengidap fobia bila terlalu malu, pesimis dalam hidung, atau sensitif.


Usia, fobia lebih sering dialami mereka yang masih mudah, misalnya anak-anak atau remaja berusia 13 tahun.


Mendengar sesuatu atau informasi yang menakutkan, misalnya seperti kecelakaan pesawat.


 

Penyebab Fobia

Fobia disebabkan oleh berbagai penyebab, seperti:

Kejadian Trauma


Situasi yang pernah dilalui bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma sehingga menyebabkan fobia terhadap situasi, objek, atau tempat tertentu. Misalnya, pengidap pernah mengalami turbulensi yang sangat parah saat berada di dalam pesawat, kondisi ini bisa memicu fobia naik pesawat atau berada di ruang yang tertutup.

Lingkungan


Fobia juga bisa muncul akibat respon terhadap kondisi lingkungan sekelilingnya. Misalnya, kamu memiliki orangtua atau kerabat dekat dengan kondisi fobia tertentu, hal ini bisa memengaruhi kamu.

Tingkat Stres yang Tidak Diatasi dengan Baik


Stres dapat memicu kondisi cemas dan depresi. Hal ini bisa menurunkan kemampuan kamu untuk beradaptasi dengan situasi maupun tempat yang memicu stres. Jika kondisi stres tidak diatasi dengan baik, kondisi ini menyebabkan cemas dan depresi yang lebih buruk dari sebelumnya. Inilah yang dapat memicu fobia pada situasi atau tempat tertentu. 

Gejala Fobia

Fobia tak hanya ditandai dengan gejala psikis seperti rasa takut saja, sebab fobia juga bisa menyebabkan pengaruh pada kondisi fisik. Berikut beberapa gejala fisik yang bisa dialami pengidap fobia.

Disorientasi atau bingung.


Pusing dan sakit kepala.


Dada terasa sesak dan nyeri.


Sesak napas.


Detak jantung meningkat.


Tubuh gemetar dan berkeringat.


Telinga berdengung.


Sensasi ingin selalu buang air kecil.


Mulut terasa kering.


 

Diagnosis Fobia

Untuk mendiagnosis fobia, dokter akan melakukan wawancara medis seputar gejala yang dirasakan oleh pengidapnya. Gejala ini nantinya akan disesuaikan oleh dokter, mengarah atau tidaknya pada kondisi fobia. Di samping itu, untuk menegakkan diagnosisnya, dokter juga akan bertanya seputar riwayat penyakit yang pernah dialami pengidapnya (termasuk penyakit kejiwaan), kehidupan sosial pasien, hingga riwayat penggunaan obat-obatan.

 

Komplikasi Fobia

Fobia yang tak ditangani dengan efektif bisa menyebabkan beberapa komplikasi pada pengidapnya. Mulai dari mengurung diri (isolasi sosial), perubahan suasana hati yang drastis atau gangguan kecemasan, penyalahgunaan alkohol atau obat, hingga bunuh diri.

 

Pengobatan Fobia

Untuk mengatasi fobia, biasanya dokter akan menggunakan obat-obatan dan psikoterapi. Psikoterapi bisa berupa terapi eksposur untuk mengubah sudut pandang terhadap subjek atau situasi menakutkan dan cognitive behavioral therapy (CBT) yang menggabungkan terapi eksposur dengan terapi lain. CBT lebih ditekankan pada cara mengendalikan pikiran dan perasaan. Selain itu, pengobatan fobia juga bisa melalui pemberian obat-obatan yang diharapkan mampu mengurangi gejalanya.

Kamu juga bisa melakukan perawatan di rumah dengan melakukan teknik relaksasi agar cemas dan ketakutan yang kamu rasakan bisa ditangani. Melakukan latihan pernapasan saat fobia muncul juga bisa menjadi hal yang kamu lakukan untuk meredakan fobia atau cemas yang dirasakan.

 

Pencegahan Fobia

Sebenarnya belum ada cara yang ampuh untuk mencegah fobia. Namun, bila memiliki fobia spesifik contohnya, cobalah pertimbangkan untuk meminta bantuan ahli psikologis, apalagi jika pengidapnya sudah memiliki anak. Pasalnya, faktor genetika cenderung berperan dalam pengembangan fobia spesifik. Di samping itu, seorang anak yang berulang kali melihat reaksi fobia orangtuanya, bisa terpengaruh atau mengembangkan fobia spesifik pada dirinya.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Fobia tidak boleh dianggap sepele, karena bisa memengaruhi kehidupan dan aktivitas sehari-hari. Jika fobia yang dialami semakin parah (sering terjadi) dan menimbulkan serangan panik atau gejala fisik mengganggu (seperti keringat dingin, mual, pusing, jantung berdebar cepat, sesak napas, hingga kehilangan kesadaran), segera bicara pada dokter agar mendapatkan penanganan medis segera.

NHS Choices UK. Diakses pada 2022. Health A-Z. Phobias. 

Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Diseases and Conditions. Specific Phobias.

Mind. Diakses pada 2022. Phobias.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggakan Pesan, Kritik dan saran ya..