Catatan wanita sepanjang jalan:”telingaku berdarah – darah “
Wajahnya yang ayu kini bungkam.Datang dengan luka lebam di batinya.Aku sudah menandainya dari pertama dia menceritakan bagian hidupnya yang jauh.Padahal, dia sendiri tidak yakin dengan apa yang menjadi mimpinya.Harapan dan citanya mennggunung tinggi menjadi seperti bangunan mimpi yang tak pernah dan tak akan pernah bisa runtuh.Dulu.Begitu dia dengan semangatnya yang berapi – api,sampi – sampi aku tidak yakin dengan listen ability.Kupingku berdarah – darah mendengarnya.Semua paradigma sudah habis tepakai.Malah seperti tembok yang semakin kotor karena tangan - tangan orang lewat.
Agaknya kini,dia mulai sadar dan membuka hati.Semoga saja dia mau meminum air putih dari bejanase derhanaku di belakang rumah dengan gelas bamboo.Tidak lagi menolak pemberian orang terbelakang yang kerap jadi tempat aduan .
Coba saja bayangkan,kalau kita harus menipu diri,mendustai jiwa dan sejatinya hati nurani untuk sesuatu yang tidak pasti?Belum lagi wajah – wajah manusia dengan beribu aksi gilanya.Sekarang,hari ini dan esok seperti sebuahpermaianan moral dan watak.Pastinya akan lebih baik bagi mereka yang sudah ,tengah ,telah atau dlam proses panjang menrubah paradigma dan sudut padang yang mereka gunakan dalam menyikapi kehidupan.
Apalagi kalau bukan Tuhan.Yang memebrikan hati pada setiap jiwa yang hidup.Aku bahkan berani sangat benar memastikan dia akan menjadi jongos atas dirinya sendiri.Dulu,lagi – lagi kubuka lembar mimpi yang pernah dia susun rapi,dulu.Ya,sebelum aku tahu persis apa yang bakal menimpamu hari ini.
“aku ingin pulang “begitu katanya lirih pada ku .Dengan menempelkan kepalanya yang mulai panas di pundak sebelah kanan.
Apa yang kamu harapkan sekarang,saat ini,nanti?apa kamu akan kembali bermimpi dan menyususun rencana jangka pendek atau jangka panjang ?dengan paradigma ini – itu ,atau dengan bercerita bahwa kau tengah menjalin cinta dengan yang jauh di sana.Bahkan kau tidak melihat seperti apa rupa cintamu itu?mungkinn begini ,mungkin begitu ?batinku.
Padang mulai meradang pasca gempa.Dari awla izinku berangkat mengadu nasib,sampai pada bagaimana Tuhan menjajal hati kita .
Sumpah ,aku bingung sekarang .Malahan aku ingin pergi dan melepasmu di sini bersama mimpi – mimpi busukmu.Aku berharap ada yang datang dan membawamu pergi jauh berkelana,agar kau lebih terbuka.Semoga hari mu akan lebih baik setelah ini dan seterusnya.
apaun yang kau rasakan ...Tuhan mengetahui..
BalasHapus